Khotbah Kebaktian bulan Pendidikan
Minggu 20 Juli 2022
Jemaat Efrata Oelmasi, Klasis Fatuleu Barat
Tema: “Pendidikan sebagai Ibadah”
“Yes. 58:1-12”
Syalom, selamat hari minggu. Jemaat yang dimuliakan Allah, mengawali khotbah ini, saya punya pertanyaan untuk kita semua, Lebih pilih mana tidak beribadah tetapi hidup benar dengan sesama atau pilih beribadah dengan setia dan jujur kepada Allah ? Pastinya semua orang pilih beribadah kepada Allah dengan setia dan jujur, meskipun faktanya doa pagi kadang masih bolong-bolong juga. Kenapa, saya bertanya demikian ? bapa pendeta saya minta ijin mengatakan ini, beberapa hari yang lalu di kantor klasis ada jemaat yang datang dan mengeluh karena sonde pernah gereja jadi sekertaris jemaat sonde mau buat surat rekomendasi untuk mau baptis anak. Dari segi aturan kita GMIT, bapa yang lebih tau tentu harus ada percakapan pastoral dulu. Dan itu yang coba kami jelaskan. Tapi ada satu perkataan jemaat ini yang menganggu saya bilang begini : “untuk apa pi gereja kalau hidup tiap hari sonde berubah saya tidak gereja tapi saya masih hidup benar dari mereka yang dalam gereja ”.
Jemaat yang dimuliakan Allah, sebagai orang Kristen, kita sering kali memisahkan antara ibadah di gereja dan di luar gereja. Seperti dalam pertanyaan tadi, seolah-olah orang yang berdosa saja yang datang gereja karena ada liturgi pengakuan dosa, sedangkan yang sonde datang gereja itu sudah pasti orang benar. Atau bisa dipahami bahwa kalau sudah buat baik tidak perlu ke gereja karena gereja tempat orang-orang yang sonde buat bae. Pandangan yang demikian, secara tidak langsung sudah membentuk pemahaman kita bahwa antara ibadah dan kehidupan sehari-hari tidak ada dalam kendali Allah. Akibatnya, kita akan taat sekali beribadah tetapi keluar gereja kita berlaku tidak benar.
Jemaat yang dimuliakan Allah, situasi yang terjadi hari ini juga terjadi dalam bacaan kita. Dalam bacaan ini, Allah seolah-olah menolak ibadah bahkan puasa yang dilakukan oleh umat-Nya (ay.1-2). Mengapa ? Setelah koresh mengizinkan umat Israel pulang ke Yehuda, ketidakstabilan politik dan ekonomi setelah kehancuran kota tersebut, membuat banyak orang jadi egois. Mereka tidak mau menderita lagi seperti di pembuangan, mereka pun akhirnya menindas orang yang lemah, khususnya orang-orang yang terlahir sebagai budak. Meskipun demikian, mereka tetap setia menjalankan ritual peribadahan seperti biasa, dengan berdoa dan berpuasa bahkan mengenakan abu memohon Allah memulihkan keadaan mereka.
Bapa Mama, kalau ketong cermati ini Umat Yehuda su mulai gila. Masa ia dong utamakan berdoa tapi sonde mau kerja, minta supaya kaya tapi hanya harap orang kerja kasi dong. Ketong bisa bayangkan bahwa, dong hanya mau dapat yang baik tapi tidak mau berusaha. Lalu dengan sonde malu protes “Tuhan, kenapa ko beta su berdoa, su puasa ko tahan lapar deng haus, sampai duduk dalam abu ju Tuhan sonde punya hati ko kasi beta hidup yang bae ?” (ay.3) “hae…, ini kalau Tuhan sama ke mama2 dong, mungkin ini ana pung kepala su babunyi. Mama-mama kalau anak dong pemalas, suru sa sonde mau dengar baru takuju minta uang, pasti itu anak su kena gebuk. Semoga disini sonde.
Jemaat yang dimuliakan Allah, dalam nats pembimbing kita tadi, Allah berkata: Bukan puasa model begitu yang beta mau. Yang beta mau supaya besong punya hati untuk membuka belenggu-belenggu dan memerdekakan orang yang teraniayaya. Jemaat Tuhan, Apa artinya perkataan Allah ini ? Bagi Allah, ibadah bukan hanya ritual tanpa spiritual. Ibadah yang benar adalah seluruh karya hidup, ibadah adalah tindakan dan karya hidup, melayani dan berdiakonia kepada sesama sebagai bentuk ungkapan syukur atas karya Allah. Perubahan tidak akan terjadi kalau ibadah hanya jadi ritual tanpa aksi dan karya dalam kehidupan.
Inilah yang menjadi kehendak Allah, supaya doa mereka didengar Allah dan pemulihan itu terjadi, maka umat Yehuda harus mengupayakannya sendiri dengan tidak hanya beribadah dan berpuasa tetapi bersama-sama memperhatikan sesamanya. Jika umat Yehuda mau mendengarkan Allah dan melakukan ibadah tidak hanya sebagai ritual tanpa spiritual tetapi melakukan ibadah karya, maka janji pemulihan atas kehidupan mereka akan menjadi milik mereka (8-12).
Jemaat yang dimuliakan Allah, apa yang ditanyakan umat Yehuda dalam bacaan kita sering kali juga adalah pertayaan kita kepada Allah. Kita merasa sudah melakukan banyak hal namun seolah-olah Allah tidak mendengar. Jika demikian, hari ini firman Tuhan menegur konsep beribadah kita. Jika kita berpikir bisa membujuk Allah dengan beribadah dan berpuasa maka bertobatlah, yang Allah kehendaki kita tidak egois tetapi mau juga memperhatikan sesama kita.
Berbicara tentang pendidikan, Setiap orang tua berharap anak-anak bisa mengenyam pendidikan untuk punya masa depan yang baik. Setiap anak berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang baik lewat pendidikan. Setiap pendidik berharap anak-anak punya pengetahuan yang baik bagi pembangunan mereka di masa depan. Gereja pun punya harapan supaya anak-anak yang punya pendidikan bisa membangun gereja di masa depan. Lalu apakah apakah hanya cukup punya pengetahuan saja ? Tidak. Sama halnya dengan ibadah bukan soal ritual tapi soal spiritual untuk berkarya, maka pendidikan juga harus punya implikasi pada karya nyata, bukan hanya soal pengetahuan saja.
Jemaat yang dimuliakan Allah belajar dari firman Tuhan kita hari ini ada beberapa hal yang bisa kita pakai untuk membangun pendidikan sebagai ibadah yang berkenan pada Allah:
Hendaknya intensitas mendidik harus sama dengan ibadah
Anak-anak menerima pendidikan 4-6 sehari dari senin-sabtu di sekolah dan hari minggu sekitar 2 jam di gereja, tetapi selebihnya dia ada dalam keluarga. Karena itu, para orang tua jangan jemu-jemu mendidik anak-anak. Mungkin kadang mereka melawan, seperti saya, tapi jika anda orang tua yang mengasihi anakmu, maka kamu tidak akan membiarkan dia memotong masa depannya. Ingat anakmu hari ini jadi apa akan menentukan nanti dia jadi apa. Kalau anak terlalu melawan hari ini dan dibiarkan terus menerus, maka dia akan menambah sakit anda dihari tua. (Ams.22:6) Dia tidak akan menyimpang di hari tua.
Nah kalau tadi saya bilang mendidik harus sama banyak dengan ibadah, nah ini bisa jadi soal kalau ibadah hanya satu minggu sekali. Apalai kalau ada halangan ko sonde datang gereja, nah itu su 2 minggu sekali atau bahkan bisa sebulan sekali.
Bapa mama, umat Israel yang su rajin ibadah dan berpuasa sa Tuhan bilang masih kurang karena sonde punya hati tolong sesama. Nah karmana dengan ketong yang gereja sa su sonde setia. Jangan bangga bilang biar sonde gereja ju di luar ada buat bae. Yakin itu su bae ?? ukuran kebaikan kita terlalu sempit, kebaikan yang Allah kehendaki adalah kita harus setia beribadah di dalam dan di luar gedung ini. Ibadah kita harus jadi karya yang nyata, yang paling sederhana kita belajar adalah mendidik anak-anak untu juga menjadi setia beribadah dan setia juga belajar.
Mengupayakan investasi bagi pendidikan
Jemaat yang dimuliakan Tuhan, pendidikan kita sekarang sedang mengalami krisis. Banyak sekolah-sekolah GMIT hari ini ditutup karena tidak mampu secara finansial. Padahal ini merupakan upaya kita sebagai warga GMIT untuk membangun pendidikan. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita, bahwa kita perlu berinvestasi bagi pendidikan. Bapa mama Ini yang berat ee, pengeluaran sekarang ada banyak karena semua bahan pokok ada naik, biaya sekolah juga sonde murah, ditambah lagi ini su mau dekat-dekat bulan keluarga, ada kumpul di sini dan kumpul di sana. Tetapi marilah kita berhikmat, kita tidak bisa hanya berdoa dan menunggu Allah bekerja sendiri. Kita harus memulainya dengan berinvestasi bagi pendidikan anak-anak kita. 2019 waktu SKL di rote Satu yang sedang hangat diperbincangkan itu, kalau di rote ada istilah tu’u untuk pernikahan, maka ada harapan supaya ada tu’u untuk pendidikan. Dan di sana sudah mulai meskipun terbatas. Nah kalau di timor sini bisa kah kita juga buat demikian, bisakah kita tidak hanya bersolidaritas dalam urusan adat perkawinan tetapi kita juga bersolidaritas dalam mendukung biaya pendidikan. Mungkin tahun ini anak ini di rayon 1 tahun depan rayon 2 dan seterusnya. Dengan demikian percayalah bahwa kita sudah berhasil melakukan ibadah karya seperti yang Tuhan Allah kehendaki.
Jemaat yang dimuliakan Allah, di bulan pendidikan ini, marilah kita kembali dalam kehidupan kita dan meningkatkan intensitas mendidik sama banyaknya dengan ibadah kita kepada Allah. Kita tidak boleh lagi memandang ibadah hanya sebagai ritual dalam gereja tetapi baiklah kita keluar dari gedung ini dan berkarya bagi kebaikan kita bersama. Tuhan Yesus memberkati kita. Amin.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar