Selasa, 09 Mei 2023

Khotbah Kebaktian Minggu 2 April 2023, Klasis Fatuleu Barat, Jemaat Ebenheizer Kabuka.



 

Berjalan Bersama Raja damai

Matius 21:1-11

Syalom, Selamat hari minggu untuk kita semua. Jemaat yang diberkati Tuhan, peristiwa Yesus dielu-elukan di Yerusalem bukanlah cerita yang baru kita dengar, hampir setiap kali menjelang Paskah pasti kita akan mendengar bacaan ini. Mengapa ? karena Inilah akhir perjalanan Yesus sebelum ia menyerahkan diri-Nya untuk mati bagi manusia. Jika ini perpisahan, maka perpisahan yang sungguh sangat dramatis, sebelum dibunuh Ia dipuji dan dimuliakan dengan begitu semaraknya.

Jemaat Tuhan, mengawali khotbah ini Saya punya sebuah cerita. Suatu kali ada seorang petani mempunyai dua ekor ternak,  ternak yang pertama adalah seekor kuda putih yang tinggi perkasa dan ternak kedua adalah seekor keledai muda yang berwarna hitam dan gemuk. Sejak semula sang petani lebih menyayangi si kuda, karena itu si Kuda menerima perlakuan khusus, si petani selalu memberi rumput yang masih hijau. Sementara keledai hanya mendapat segenggam rumput yang kering. Jika musim panen tiba, kuda hanya mengangkut bahan makanan dan pakaian dari petani, tetapi keledai harus membawa hasil panen yang berat. Pada suatu hari dalam perjalanan keledai berkata kepada Kuda: Hai kuda, Bisakah kamu tolong saya, bantulah saya memikul beban, ini terlalu berat, saya tidak kuat lagi. Lalu kuda menjawab : Oh, itu bukan urusan saya, bukankah pikul beban itu pekerjaanmu ? itu bukan tugas hewan mulia seperti saya. Jangan cengeng bukannya kemarin kamu bisa membawa beban itu ? tak lama setelah tiba di rumah si keledai terjatuh dan menumpahkan hasil panen petani. Akibatnya petani marah dan memukulinya serta meninggalkan dia tertambat di belukar depan rumahnya. Keledai yang lapar hanya terdiam sambil melihat rumput kering disekitarnya untuk dimakan, sementara Kuda menertawakannya. Tak lama kemudian datang dua orang pemuda menjumpai keledai tadi bersama induknya, dan hendak membawanya. Pada saat itu si petani datang dan berkata: Keledai itu pemalas dan tidak bisa diandalkan, jika kalian butuh tumpangan mengapa tidak menyewa kudaku saja, dia kuat, tinggi dan pandai berlari. Si  kuda sombong itu pun berlompatan menunjukan kekuatannya. Namun kata seorang murid: Tidak saudara, Tuhan memerlukannya (sambil menunjuk ke arah keledai). Mendengar jawaban itu, keledai tersenyum, ia merasa senang karena meski dibuang petani tetapi Tuhan memungutnya dan memakainya untuk membawa sang Raja yakni Yesus.

              Jemaat Tuhan, dari cerita ini, kita lihat bahwa sering kali yang lemah harus memikul beban yang berat. Yang dianggap bodoh harus diberikan tanggung jawab yang besar. Yang dianggap hina selalu diberikan perlakuan yang tidak adil. Kalaupun mereka berhasil melakukan pekerjaannya dalam kelemahan-kelemahan itu, mereka tidak mendapat apresiasi. Karena itu memang pekerjaan mereka. Tetapi jika mereka salah, maka hukuman telah menanti. Gambaran keledai muda tadi, sebenarnya mau menunjukan kepada kita bahwa orang-orang Yahudi juga menganggap Yesus seperti keledai tadi. Para ahli Taurat, orang Farisi dan pemerintah romawi melihat Yesus hanya seperti keledai yang tak punya kuasa, lemah dan hina. Orang banyak yang turut mengelu-elukan dia hanya tampak seperti seperti kuda tadi, mereka menerima Dia karena Dia harus masuk untuk memikul beban politik mereka. Oleh karena itu, ketika Yesus tidak membebaskan mereka dari penjajahan, maka Yesus dianggap sudah jatuh seperti keledai, dan Dia pantas dihukum. Diberi mahkota duri dan minum anggur yang pahit.

Jemaat Tuhan, mari kita merenungi apa yang sebenarnya tersembunyi dibalik sikap orang banyak terhadap Yesus dan respon Yesus kepada mereka. Saya mencatat dari bacaan ini ada 3 hal :

1. Orang Banyak Menerima Yesus di Yerusalem karena Ia baru saja menyembuhan mata dua orang buta (Bnd. 20:34). Mereka takjub pada mujizat dan mereka menyoraki Dia sebagai Nabi yang datang dari Allah.

2. Orang Banyak menerima Yesus di  Yerusalem dengan harapan supaya mereka dibebaskan dari belenggu Romawi, sehingga mereka berseru dengan suara nyaring “Hosana, Hosana, Hosana” artinya, Selamatlah, Selamatlah, selamatlah (ay. 9)

3. Orang Banyak menerima Yesus di  Yerusalem karena mendengar kegemparan di kota itu, mereka penasaran dengan apa yang terjadi dan akhirnya bertanya: siapakah orang ini ? sambil yang lain berkata Dialah Mesias, Nabi dari Nazaret. (ay. 11)

Lalu apa respon Yesus ? Dia hanya Diam sama seperti si keledai yang dungu, menyaksikan kegemparan kota itu, dengan mata yang mungkin berbinar-binar, sambil berkata dalam hatinya, inikah mereka-mereka yang akan menyerahkan Aku ? Jemaat Tuhan, Rasanya sakit sekali, Dipuji-puji, dihormati untuk kemudian ditolak sampai terjatuh.  Tetapi tidak kita temukan dalam bacaan ini dan kisah selanjutnya bahwa Yesus melarikan diri dari misi damai Allah. Ia tetap Setia, bahkan setia sampai mati.

              Jemaat Tuhan, lalu apa artinya kisah ini bagi kita ? Saya mencatat ada 3 hal penting yang perlu kita renungkan bersama :

1.        Sakit hati paling besar seringkali datang dari orang yang paling mendukung kita/paling kita percayai. Dan itu sulit disembuhkan. Contoh : 1) membandingkan anak sendiri dengan anak tetangga. Semalas-malasnya anak-anak, tidak ada anak yang suka jika dibanding-bandingkan. 2) Melihat anak-anak dimarahi dan dipukuli orang lain. Tidak ada ibu-ibu yang rela anak kena marah dan kena pukul tetangga, termasuk suaminya sendiri. Padahal suami sendiri bukan orang lain. 3) Mendengar Kritik dari orang terdekat. Banyak orang suka dengar pujian tapi menolak dikritik, kalau pun ada biar orang lain saja jangan orang yang setiap hari ada bersama-sama dengan kita. Padahal mereka yang dekat melihat lebih dekat, dan mencegah kita dipermalukan di depan banyak orang. Jemaat Tuhan, ingat bahwa Mereka yang bersorak-sorai, bertepuk tangan hari ini bisa jadi juga akan membawa kamu masuk ke dalam jurang. Karena itu jangan hanya suka dipuji tetapi berbesar hatilah menerima masukan dari orang lain. Bahkan jika itu dari orang terdekat kita. 

2.       Persembahkanlah yang terbaik bagi Tuhan.  Persembahan yang terbaik, bukan selalu berarti yang jumlahnya banyak (uang besar bukan uang kecil), yang bernilai atau berharga (selimut yang mahal bukan satu ikat sapu lidi)  dan persembahan yang diberikan pada masa kelimpahan maupun kekurangan saja (perpuluhan dari hasil yang besar bukan dari hasil yang kecil). Tetapi persembahan yang terbaik adalah yang diberikan dengan tulus dan rendah hati, bahwa semua yang diberikan tidak sempurna, sebab yang sempurna hanya milik Kristus. Kita mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan dengan keyakinan bahwa hal itu diperlukan Tuhan.  Jika Yesus dapat menjadikan keledai yang dungu dan lemah untuk pekerjaan yang mulia, maka kita pun yang penuh kelemahan dan keterbatasan diperlukannya.

Oleh karena itu, seperti orang banyak tadi memberikan pakaian mereka, apa yang ada pada mereka, semuanya kepada Tuhan, maka berilah dirimu seluruhnya bagi-Nya. Bapa Mama yang hari ini diperhadapkan sebagai rekan sekerja Allah, harus percaya bahwa Tuhan memerlukan bapa mama sekalian untuk mengemban tugas yang mulia. Lakukanlah dengan ketulusan apa yang menjadi tugas pelayananmu.

3.       Apa pun situasinya, Mari Berjalanlah bersama Yesus sang raja damai. Sebab, Apa yang telah digariskan Allah kepada kita, itu adalah milik kita yang tidak akan pernah bisa direbut orang lain. Sama seperti Yesus tetap Raja Damai, Anak Allah yang Tunggal walaupun diperlakukan sebagai penjahat dalam dunia.  Maka catatan kedua adalah setia dan rendah hati jalankan misi pelayananmu. Jadilah seperti Yesus yang tetap tenang, melakukan pelayanan dengan semangat  cinta kasih, penuh kesederhanaan dan lemah lembut. Meskipun situasi bisa berubah menjadi sulit dalam perjalanan hidup kita ke depan, kembali ingat bahwa Tuhan memerlukan kita untuk turut bekerja bagi-Nya.

              Jemaat yang diberkati Tuhan, di minggu sengsara Tuhan yang terakhir ini, baiklah kita kembali dalam kehidupann kita, untuk memperbaiki relasi kita dengan sesama. Yesus sedang menunggangi keledai dan memasuki setiap rumah kita membawa salam damai, maka bukalah pintu rumahmu dan pintu hatimu serta terimalah kembali saudaramu. Jangan ada lagi dendam, jangan ada lagi amarah, tetapi baiklah kita memaafkan dan menerima satu dengan yang lain. Selamat melayani untuk ke 7 orang Panitia pemilihan Majelis Jemaat, untuk WKMJ dan SEk. Pembangunan Jemaat Ebenheizer Kabuka. Tuhan Kiranya memberkati kita semua dengan firmannya. Amin. 

1 komentar:

Run To Semester 2 at CRCS UGM- Refleksi bulan Februari 2025

Shalom, Salam damai Kristus menyertai kita semua..... Puji Tuhan, refleksi bulan Februari tahun 2025 bisa kembali hadir lagi untuk melengkap...