Berjalan
Bersama Raja damai
Matius 21:1-11
Syalom, Selamat hari minggu untuk kita semua.
Jemaat yang diberkati Tuhan, peristiwa Yesus dielu-elukan di Yerusalem bukanlah
cerita yang baru kita dengar, hampir setiap kali menjelang Paskah pasti kita
akan mendengar bacaan ini. Mengapa ? karena Inilah akhir perjalanan Yesus
sebelum ia menyerahkan diri-Nya untuk mati bagi manusia. Jika ini perpisahan,
maka perpisahan yang sungguh sangat dramatis, sebelum dibunuh Ia dipuji dan
dimuliakan dengan begitu semaraknya.
Jemaat Tuhan, mengawali khotbah
ini Saya punya sebuah cerita. Suatu kali ada seorang petani mempunyai dua
ekor ternak, ternak yang pertama adalah seekor kuda putih yang tinggi perkasa dan ternak kedua adalah seekor keledai muda yang berwarna
hitam dan gemuk. Sejak semula sang petani lebih menyayangi si kuda, karena itu
si Kuda menerima perlakuan khusus, si petani selalu memberi rumput yang masih hijau. Sementara
keledai hanya mendapat segenggam rumput yang kering. Jika musim panen tiba, kuda hanya
mengangkut bahan makanan dan pakaian dari petani, tetapi keledai harus membawa
hasil panen yang berat. Pada suatu hari dalam perjalanan keledai berkata kepada Kuda:
Hai kuda, Bisakah kamu tolong saya,
bantulah saya memikul beban, ini terlalu berat, saya tidak kuat lagi. Lalu
kuda menjawab : Oh, itu bukan urusan
saya, bukankah pikul beban itu pekerjaanmu ? itu bukan tugas hewan mulia seperti saya. Jangan cengeng bukannya kemarin kamu bisa membawa beban itu ? tak
lama setelah tiba di rumah si keledai terjatuh dan menumpahkan hasil panen
petani. Akibatnya petani marah dan memukulinya serta meninggalkan dia
tertambat di belukar depan rumahnya. Keledai yang lapar hanya terdiam sambil
melihat rumput kering disekitarnya untuk dimakan, sementara Kuda
menertawakannya. Tak lama kemudian datang dua orang pemuda menjumpai keledai
tadi bersama induknya, dan hendak membawanya. Pada saat itu si petani datang
dan berkata: Keledai itu pemalas dan
tidak bisa diandalkan, jika kalian butuh tumpangan mengapa tidak menyewa kudaku
saja, dia kuat, tinggi dan pandai berlari. Si kuda sombong itu pun berlompatan menunjukan
kekuatannya. Namun kata seorang murid: Tidak saudara, Tuhan memerlukannya
(sambil menunjuk ke arah keledai). Mendengar jawaban itu, keledai tersenyum, ia
merasa senang karena meski dibuang petani tetapi Tuhan memungutnya dan
memakainya untuk membawa sang Raja yakni Yesus.
Jemaat
Tuhan, dari cerita ini, kita lihat bahwa sering kali yang lemah harus memikul
beban yang berat. Yang dianggap bodoh harus diberikan tanggung jawab yang
besar. Yang dianggap hina selalu diberikan perlakuan yang tidak adil. Kalaupun mereka berhasil melakukan
pekerjaannya dalam kelemahan-kelemahan itu, mereka tidak mendapat apresiasi.
Karena itu memang pekerjaan mereka. Tetapi jika mereka salah, maka hukuman
telah menanti. Gambaran keledai muda tadi, sebenarnya mau menunjukan kepada
kita bahwa orang-orang Yahudi juga menganggap Yesus seperti keledai tadi. Para
ahli Taurat, orang Farisi dan pemerintah romawi melihat Yesus hanya seperti
keledai yang tak punya kuasa, lemah dan hina. Orang banyak yang turut
mengelu-elukan dia hanya tampak seperti seperti kuda tadi, mereka menerima Dia
karena Dia harus masuk untuk memikul beban politik mereka. Oleh karena itu,
ketika Yesus tidak membebaskan mereka dari penjajahan, maka Yesus dianggap
sudah jatuh seperti keledai, dan Dia pantas dihukum. Diberi mahkota duri dan
minum anggur yang pahit.
Jemaat Tuhan, mari kita
merenungi apa yang sebenarnya tersembunyi dibalik sikap orang banyak terhadap
Yesus dan respon Yesus kepada mereka. Saya mencatat dari bacaan ini ada 3 hal :
1. Orang
Banyak Menerima Yesus di Yerusalem karena Ia baru saja menyembuhan mata dua
orang buta (Bnd. 20:34). Mereka takjub pada mujizat dan mereka menyoraki Dia
sebagai Nabi yang datang dari Allah.
2. Orang
Banyak menerima Yesus di Yerusalem
dengan harapan supaya mereka dibebaskan dari belenggu Romawi, sehingga mereka
berseru dengan suara nyaring “Hosana, Hosana, Hosana” artinya, Selamatlah,
Selamatlah, selamatlah (ay. 9)
3. Orang
Banyak menerima Yesus di Yerusalem
karena mendengar kegemparan di kota itu, mereka penasaran dengan apa yang
terjadi dan akhirnya bertanya: siapakah orang ini ? sambil yang lain berkata
Dialah Mesias, Nabi dari Nazaret. (ay. 11)
Lalu apa respon Yesus ? Dia hanya Diam sama seperti si keledai yang dungu, menyaksikan
kegemparan kota itu, dengan mata yang mungkin berbinar-binar, sambil berkata
dalam hatinya, inikah mereka-mereka yang
akan menyerahkan Aku ? Jemaat Tuhan, Rasanya sakit sekali, Dipuji-puji,
dihormati untuk kemudian ditolak sampai terjatuh. Tetapi tidak kita temukan dalam bacaan ini
dan kisah selanjutnya bahwa Yesus melarikan diri dari misi damai Allah. Ia
tetap Setia, bahkan setia sampai mati.
Jemaat
Tuhan, lalu apa artinya kisah ini bagi kita ? Saya mencatat ada 3 hal penting
yang perlu kita renungkan bersama :
1.
Sakit hati paling besar seringkali datang dari
orang yang paling mendukung kita/paling kita percayai. Dan itu sulit disembuhkan. Contoh : 1)
membandingkan anak sendiri dengan anak tetangga. Semalas-malasnya anak-anak,
tidak ada anak yang suka jika dibanding-bandingkan. 2) Melihat anak-anak
dimarahi dan dipukuli orang lain. Tidak ada ibu-ibu yang rela anak kena marah
dan kena pukul tetangga, termasuk suaminya sendiri. Padahal suami sendiri bukan orang lain. 3) Mendengar Kritik dari
orang terdekat. Banyak orang suka dengar pujian tapi menolak dikritik, kalau
pun ada biar orang lain saja jangan orang yang setiap hari ada bersama-sama dengan kita.
Padahal mereka yang dekat melihat lebih
dekat, dan mencegah kita dipermalukan di depan banyak orang. Jemaat Tuhan,
ingat bahwa Mereka yang bersorak-sorai, bertepuk tangan hari ini bisa jadi juga
akan membawa kamu masuk ke dalam jurang. Karena itu jangan hanya suka dipuji
tetapi berbesar hatilah menerima masukan dari orang lain. Bahkan jika itu dari
orang terdekat kita.
2.
Persembahkanlah yang terbaik bagi Tuhan. Persembahan
yang terbaik, bukan selalu berarti yang jumlahnya banyak (uang besar bukan uang kecil), yang bernilai atau berharga (selimut yang mahal bukan satu ikat sapu
lidi) dan persembahan yang diberikan
pada masa kelimpahan maupun kekurangan saja (perpuluhan
dari hasil yang besar bukan dari hasil yang kecil). Tetapi persembahan yang
terbaik adalah yang diberikan dengan tulus dan rendah hati, bahwa semua yang
diberikan tidak sempurna, sebab yang sempurna hanya milik Kristus. Kita
mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan dengan keyakinan bahwa hal itu diperlukan
Tuhan. Jika Yesus dapat menjadikan keledai
yang dungu dan lemah untuk pekerjaan yang mulia, maka kita pun yang penuh
kelemahan dan keterbatasan diperlukannya.
Oleh karena itu, seperti orang banyak tadi
memberikan pakaian mereka, apa yang ada pada mereka, semuanya kepada Tuhan, maka berilah dirimu seluruhnya bagi-Nya.
Bapa Mama yang hari ini diperhadapkan sebagai rekan sekerja Allah, harus
percaya bahwa Tuhan memerlukan bapa mama sekalian untuk mengemban tugas yang
mulia. Lakukanlah dengan ketulusan apa yang menjadi tugas pelayananmu.
3.
Apa pun situasinya, Mari Berjalanlah bersama Yesus
sang raja damai. Sebab, Apa
yang telah digariskan Allah kepada kita, itu adalah milik kita yang tidak akan
pernah bisa direbut orang lain. Sama seperti Yesus tetap Raja Damai, Anak Allah
yang Tunggal walaupun diperlakukan sebagai penjahat dalam dunia. Maka catatan kedua adalah setia dan rendah
hati jalankan misi pelayananmu. Jadilah seperti Yesus yang tetap tenang,
melakukan pelayanan dengan semangat
cinta kasih, penuh kesederhanaan dan lemah lembut. Meskipun situasi bisa
berubah menjadi sulit dalam perjalanan hidup kita ke depan, kembali ingat bahwa
Tuhan memerlukan kita untuk turut
bekerja bagi-Nya.
Jemaat
yang diberkati Tuhan, di minggu sengsara Tuhan yang terakhir ini, baiklah kita
kembali dalam kehidupann kita, untuk memperbaiki relasi kita dengan sesama.
Yesus sedang menunggangi keledai dan memasuki setiap rumah kita membawa salam
damai, maka bukalah pintu rumahmu dan pintu hatimu serta terimalah kembali
saudaramu. Jangan ada lagi dendam, jangan ada lagi amarah, tetapi baiklah kita
memaafkan dan menerima satu dengan yang lain. Selamat melayani untuk ke 7 orang
Panitia pemilihan Majelis Jemaat, untuk WKMJ dan SEk. Pembangunan Jemaat Ebenheizer Kabuka. Tuhan
Kiranya memberkati kita semua dengan firmannya. Amin.

Tuhan yesus berkati
BalasHapus