Sabtu, 10 Juni 2023

Bagaimana Menjadi Gereja Ideal ? (Rumah, Bahtera dan Meja)

 

Rancangan Khotbah Ulang tahun Gereja

            By: Murniyati Putri Wole, S.Th


Bacaan : Bil. 6:22-27

Tema: Menjadi Gereja yang ideal (Rumah, Bahtera dan Meja)

Shalom, Jemaat yang dimuliakan Allah, mengawali khotbah hari ini saya punya cerita, ada seorang ayah hendak mengajari anak laki-lakinya yang berusia  5 tahun untuk berenang. Anak ini hanya setinggi satu  meter dan sama sekali tidak tahu berenang, tapi, karena sang ayah yang mengajak, maka dia percaya dan yakin bahwa meski kolam itu dalamnya satu setengah meter lebih tinggi dari darinya, dia pasti aman, karena ayahnya memegang tangannya. Dia percaya sang ayah lebih besar darinya tidak akan mungkin tenggelam dan akan selalu menjamin keselamatannya.

Gambaran ayah dan anak tadi adalah juga gambaran Allah dan gerejanya. Gereja hari ini juga dibawa ke kolam yang dalam oleh Allah. Apakah Allah ingin supaya gereja bisa belajar berenang ? bagaimana mungkin gereja berenang ? Ingat bahwa gereja bukanlah gedungnya, tetapi orang-orangnya, umat percaya yang tinggal di dalamnya. Akan tetapi, terkadang banyak dari kita yang mengaku percaya kepada Allah dihantui dengan rasa takut. Bukannya berfokus pada “tangan” kuat yang memegang kita, tetapi malah sibuk fokus pada keterbatasan diri dan mencari berbagai cara diluar Allah. Lalu bagaimana seharusnya kita bersikap sebagai gereja di tengah dunia yang penuh pencobaan dan tantangan yang dalamnya bahkan melebihi lautan? mari kita belajar dari firman Tuhan bagi kita.

Jemaat  yang dikasihi Tuhan, bacaan kita saat ini sudah tidak asing lagi. Hampir setiap minggu kita dengar. Dengar di mana ? yah, bacaan kita merupakan salam berkat yang sering diucapkan dalam ibadah. Jadi setiap minggu sebenarnya kita sebagai gereja sudah menerima berkat terus menerus. Pertanyaannya sekarang ? mengapa masih kurang percaya ? mengapa masih takut tenggelam ? kalau tiap hari minggu datang gereja dengar firman Tuhan, lalu diakhir ibadah kita menerima berkat kenapa masih ada ragu, masih ada putus asa, dan kenapa masih ada rasa cemas ? Jemaat yang dikasihi Tuhan, apa yang dirasakan kita saat ini, sudah jauh lebih dahulu dirasakan oleh bangsa Israel yang menjadi pendengar pertama ucapan berkat ini. Setelah keluar dari tanah perbudakan di Mesir, Allah memerintahkan mendaftarkan semua orang Israel menurut sukunya masing-masing untuk kemudian dibagi ke dalam perkemahan mereka. Setelah itu, ada tanggung jawab besar yang diberikan kepada setiap suku untuk bisa menjaga persekutuan suku tanpa melepaskan persekutuan mereka sebagai umat Israel. Setelah itu, sebelum menjalani kehidupan di padang gurun, maka para imam yakni Harun dan anak-anaknya diperintahkan untuk memberkati  umat Israel.

            Jemaat yang dikasihi Tuhan, ada tiga pokok penting dari ucapan berkat yang menarik untuk kita refleksikan :

1.     Ay. 24 “Shamar” (lit: melindungi) melindungi yang dimaksud bukan hanya sekedar dilindungi, melainkan dijagai, dipelihara, dipedulikan, dan dirawat. Kira-kira bapa mama jemaat Tuhan pilih yang mana ? kalau saya pasti pilih semua. Ini bukan serakah ee, tapi karena memang kita tidak perlu memilih salah satu sebab Allah menyediakan semuanya bagi kita.

Berbicara soal melindungi, berarti ada subjek yang memberi perlindungan yakni Allah dan manusia sebagai objek yang dilindungi. Perlindungan yang Allah tawarkan bukan hanya di dalam gereja saat kita menerima ucapan berkat ini. Tetapi di manapun kita berada. Oleh karena itu sebagai orang-orang yang dilindungi dan dirawat oleh Allah, maka sudah seharusnya umat Tuhan, kita sebagai gereja aktif menjadi tempat orang-orang bisa berlindung.

Mulai dari mana ? dari keluarga kita. Ada pepatah bilang rumah bukan gedung tapi rasa aman dan nyaman. Setiap orang bisa bosan berada di rumah terus, tapi satu kali keluar dari rumah, pasti akan rindu dan pulang juga. Kita pun sebagai Gereja harus demikian, pintunya tidak boleh tertutup bagi mereka yang meminta perlindungan, bagi yang sakit dan butuh perawatan. Itulah hakikat gereja kita sebagai keluarga yang selalu menerima sebagai saudara terlepas dari segala perbedaan yang ada.

2.     Ay. 25 “Khawnan” (lit: kasih karunia), kasih karunia yang dimaksud dalam hal ini adalah disayangi, diselamatkan dan diberikan bantuan. Untuk bagian ini kira-kira mau pilih mana ? pilih semua ko ? ia sama juga seperti poin pertama tadi, di poin ke dua ini, ketong sonde perlu pilih karena Tuhan siap semua.

Berbicara soal kasih karunia, semua orang ingin mendapatkannya. Tapi faktanya sulit sekali orang menunjukkan kasih kepada sesama secara umum tanpa memandang latar belakang. Sulit bukan berarti sonde ada sama sekali. Salah satu contoh kasih yang tidak pandang bulu, itu hanya terjadi di …? Di mana ? di Tempat Pesta. Kalau ketong perhatikan, menu di pesta-pesta itu tidak dibagi berdasarkan kelas, oh yang kepala desa makan di sana, yang presbiter di ruang sebelah sana, yang jemaat biasa na di meja di sana. Paling tidak kalau dibagi juga kecuali karena masalah kesehatan. Yang darah tinggi dong na disini yang normal-normal na di sana. Jemaat yang dikasihi Tuhan, kasih tanpa pamrih bukanlah suatu hal yang dibagi berdasarkan siapa kita, siapa orang  tua kita, apa status kita, seberapa besar persembahan kita ke gereja, tidak. Allah memberikan kasih-Nya tanpa pandang siapa kita, oleh karena itu kita pun harus mau jadi gereja yang terbuka bagi semua orang. Itulah hakikat kedua dari gereja selain sebagai keluarga,, tetapi gereja adalah persekutuan di meja makan yang sama. Jamuan yang sama yang disediakan Allah bagi kita.

3.     Ay. 26 “Shalom” (lit: Damai sejahtera), bukan sekedar damai sejahtera, tetapi juga mencakup ketenangan, kepuasan, kecukupan , keselamatan dan sukacita. Dan sekali lagi kita tidak perlu memilih karena Tuhan Allah sudah siap semuanya untuk kita.

Berbicara soal Shalom, ini kata yang sudah popular, tenar dan terkenal. Hampir setiap saat kita ucapkan, tapi tidak mudah untuk kita rasakan. Kenapa ? karena sama seperti ilustrasi tadi, bahwa kita hidup bagaikan di dalam laut yang sebentar bisa tenang namun bisa juga datang badai. Di saat itulah, maka damai sejahtera menjadi sulit dirasakan.

Allah menjanjikan dirinya sebagai sumber damai sejahtera bagi Israel bukan sebagai penghibur semata. Dia membuktikannya, ingat saat mereka menyebrangi danau teberau ? bahkan air yang dalam itu tunduk kepada Allah sebagai bukti Allah menepati janji memberi ketenangan bagi umatnya.

Begitupun gereja di masa kini dan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Allah menjadikan gereja sebagai bahtera yang nyaman dan aman bagi ikan-ikan yakni umat yang dijaring untuk masuk ke dalamnya. Jika kita sudah ditangkap oleh Kristus dan masuk ke bahtera-Nya yang adalah gereja, maka jangan lagi khawatir akan hari esok. Dia menyediakan kita makan yang secukupnya. Dia juga akan menenangkan badai sehingga bahtera itu tidak hanyut dan tenggelam. Hanya satu yang Dia minta. Letakanlah nama-Nya di atas persekutuan Gereja-Nya, maka ketiga berkat tadi, perlindungan, kasih karunia, dan damai sejahtera itu akan dicurahkan bagi kita.

 

Jemaat yang dimuliakan Allah, hari ini firman Tuhan mengingatkan kita, bahwa berkat yang diberikan setiap minggu kepada kita bukan hanya rumusan kalimat biasa. Allah akan mewujudkannya bagi kita, Dia sudah menunjukannya kepada umat Israel di danau teberau, anak-Nya sudah menunjukannya kepada pada murid di dalam bahtera di tengah badai, mengapa masih ada ragu dihatimu ? percayalah bahwa dalamnya tantangan dunia ini tidak dapat memisahkan kita dari berkat Allah. Selamat menikmati berkat Tuhan di usia yang baru, selamat menjadi rumah yang memberi perlindungan, selamat menjadi meja jamuan kasih yang tanpa pamrih dan selamat menjadi bahtera yang memberi damai sejahtera bagi semua orang. Tuhan Yesus memberkati. 😇😇

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Run To Semester 2 at CRCS UGM- Refleksi bulan Februari 2025

Shalom, Salam damai Kristus menyertai kita semua..... Puji Tuhan, refleksi bulan Februari tahun 2025 bisa kembali hadir lagi untuk melengkap...