Minggu 30 Juni 2024
1 Raj. 3:16-28
Kebijaksanaan berbuah Keadilan
Pdt. MJN
Pengantar: Biasanya menghadapi persoalan yang membutuhkan pengambilan keputusan cepat, banyak orang yang gegabah dan tidak punya pertimbangan mendalam akan membuat keputusan sepihak yang tidak berlandaskan kebenaran dan keadilan. Lalu bagaimana semestinya keputusan di ambil bahkan dalam keadaan terdesak sekalipun ?
Konteks teks:
Salomo diperhadapkan dengan situasi yang sulit. Di usia yang masih muda namun sudah menjadi Raja Israel. Seringkali dapat diremehken karena usia muda dianggap kurang pengalaman. Soal ini bisa jadi ujian yang sulit karena: Tidak ada saksi mata.
Rupanya Mereka begitu miskin sehingga mereka tidak memiliki seorang hamba atau perawat untuk menolong mereka. Mereka juga begitu diremehkan, sebab mereka adalah perempuan sundal, sehingga mereka tidak mempunyai teman atau kerabat untuk menemani mereka. Salah satu dari mereka tidur menindih bayinya, dan, pada malam hari, menukarnya dengan bayi temannya (ay. 19-20). Kemudian temannya itu segera sadar akan tipuan yang dilakukan kepadanya, dan mengajukan perkara itu kepada pengadilan umum untuk mendapat keadilan (ay. 21).
Menariknya dalam teks ini digambarkan bahwa perempuan yang pertama lebih dulu melahirkan anaknya yakni selisih 3 hari (bnd. ay.18) maka sudah pasti secara fisik Sang Ibu ini tentu mengenal anak-nya. sementara perempuan yang lain justru baru memiliki seorang bayi. meskipun kebanyakan bayi serupa, namun dapat dikenali dengan mudah pula sedikit perbedaan fisik keduanya. oleh sebab itu, sebenarnya mudah saja menentukan siapa yang bersalah. Namun, karena tanpa saksi, keputusan akan berat sebelah dan dapat ditolak.
Sebagai Raja Salomo bisa saja menyiksa mereka berdua untuk berkata jujur. Namun, Berusaha mendapatkan pengakuan jujur dari kedua pihak dengan menyiksa mereka pastilah suatu perbuatan yang biadab. Bukan ibu yang jujur yang menang, melainkan ibu yang paling kuatlah, yang nanti akan diuntungkan. Bukti yang dikeluarkan dengan paksa tidak boleh terlalu dianggap penting. Para hakim dan juri memerlukan hikmat untuk mencari tahu kebenaran ketika kebenaran tersebut disembunyikan seperti itu.
Artinya, Semua yang adil harus ditempuh dengan cara yang benar. Apapun resikonya nanti. Apa yang ditawarkan oleh Salomo terlihat salah karena pakai cara yang tidak benar, tetapi tujuan yang ingin dicapai adalah kejujuran.
Ada 3 hal dari bacaan ini yang dapat direfleksikan:
1. Hikmat datang dari Tuhan
Hikmat Allah nyata dalam diri Salomo. Salomo membongkar motivasi dari masing-masing ibu supaya dapat menemukan yang mana ibu yang asli. Salomo memerintahkan supaya bayi itu dibagi dua saja dan masing-masing ibu mendapatkan separuh anak. Respons setiap ibu menunjukkan motivasi masing-masing (ayat 26). Salomo berhasil menemukan siapa ibu kandung bayi itu (ayat 27).
Kebijaksanaan Salomo menjadi contoh bahwa Allah benar-benar menyertai dia. Bukan karena ia punya pengalaman atau pun ia punya hikmat sebagai raja. Menariknya apa yang dilakukan oleh Salomo sekaligus membuka pikiran semua orang yang ada disitu. Salomo menunjukan keadilan harus bisa dimengerti dan diterima semua orang. Bijaksana harus diakui semua orang.
2. Hikmat datang dari Proses
Ketika berhadapan dengan persoalan dua ibu ini, apa yang salomo lakukan ?
Setelah dengan sabar mendengarkan apa yang diceritakan oleh kedua pihak, Salamo merangkum buktinya (ay. 23). Dan sekarang seluruh sidang menantikan langkah apa yang akan diambil oleh hikmat Salomo untuk menemukan kebenaran. Ibu yang satu tidak tahu apa yang harus dikatakan untuk perkara itu, sementara ibu yang lain, mungkin, ingin menentukannya melalui undi. Salomo bersabar, Ia mendengar dulu dan memberi pertimbangan.
Proses yang dilewati Salomo sebagai anak muda dengan terus meminta hikmat dari Allah. Itulah kunci kesuksesan Salomo sebagai Raja. Ia mendengar maka bijaksana. Ia menimbang dan menyimpan itu untuk dirinya dan jadi kekuatan saat berjumpa persoalan.
PProses menentukan keputusan memang dapat memakan waktu, namun teruji hasilnya. dan hanya orang yang tenang yang dapat melakukannya. sumber ketenangan pun hanya dimiliki karena hikmat dari Allah.
3. Hikmat datang dari ketaatan
Salomo taat kepada Tuhan dengan selalu meminta petunjuk kepada Tuhan. Ketaatan harus nyata dalam sikap membantu. Bukan supaya mendapat sama besar tetapi sekalipun hanya remah-remah tetapi memiliki arti bagi kehidupan di masa depan.
Teladan juga muncul dari Daud ayahnya, jadi keteladanan orang tua menjadi bekal hikmat bagi anak-anak. Suara Tuhan bisa didengar hanya untuk orang yang taat, sehingga mereka bisa peka pada soal yang sulit.
Jadi apa artinya ini bagimu? Orang yang bijaksana punya cinta yang besar dia harus mau merelakan bahkan sesuatu yang memang miliknya. Apalagi jika apa yang dipaksakan itu bukan hak-nya, adalah bijak untuk meninggalkannya. Bukankah hanya orang yang melepaskan yang akan menerima ? Yang meninggalkan yang akan dipertemukan dengan yang baru ??
Belajar dari perempuan yang memaksa keadilan dengan cara yang salah. Lihat bagaimana akhirnya dia harus kehilangan apa yang memang bukan miliknya. Jadi tinggalkan saja, sebab apa pun yang tidak benar dan bukan haknya tidak perlu diperjuangkan.
Refleksi: Sekalipun tidak memiliki apa-apa tidak harus memaksa untuk selalu tampil di depan, jadilah rendah hati dan taat pada Allah, belajarlah dari teladan orang tuamu supaya dalam hidupmu dipenuhi kebijaksanaan dari Allah. Demikianpun ketika kamu diberkati jangan lupakan untuk selalu jadi saluran berkat bagi siapa saja. Bukankah Tuhan mu kaya dalam segala sesuatu, tanganmu yang kosong karena memberi akan menerima berlipat ganda berkatnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar