Resensi Buku
By : Murniyati Putri
Wole, S.Th
Judul Buku : The 8Th Habbits
(Melampaui Efektifitas, menggapai Keagungan)
Penulis :
Stephen R. Covey
Penerbit :
Gramedia Pustaka
Utama
Tahun Terbit :
2006
Tebal :
598 Halaman
Buku The 8Th Habbits merupakan kumpulan tulisan reflektif dari pengalaman
penulis yang menggambarkan bagaimana ia melatih kepemimpinanya bersama tim
kerja yang solid. Dalam kesan penulis merangkum tulisan ini selama 5 tahun, ia
sadar bahwa karena tim-nya sehingga buku ini dapat diterbitkan. Oleh karenanya
ia menekankan pentingnya membangun 8 kebiasaan yang berguna bagi peningkatan
efektifitas bagi setiap pekerja yang tentunya adalah tugas seorang pemimpin.
Tercatat ada 15 bab dalam buku ini yang disajikan dengan sejumlah pertanyaan
psikologis untuk mengantar pembaca memahami lebih jauh terkait
persoalan-persoalan di lingkungan kerja dan keseharian yang sering kali
mempengaruhi produktivitas seseorang. Oleh karena itu secara singkat setiap bab
akan saya ulas dengan sederhana sehingga dapat dipahami oleh para pembaca.
Bab 1 DERITA
KITA. Ada banyak suara yang tak
terdengar dari setiap orang dalam menjalankan pekerjaannya. Ada yang merintih “Aku lelah, ini terlalu
sulit, mereka tidak mengerti dan menghargai usahaku, gaji ini terlalu sedikit,
aku marah, aku ingin berhenti, sepertinya aku memang tidak layak dan pantas ada
di sini ”. Suara-suara ini tanpa sadar telah
membuat banyak orang tidak mampu berfokus pada melaksanakan prioritas tertinggi
mereka. 7 kebiasaan yang pernah diterbitkan tahun 1989 nampaknya tidak cukup
relevan hari ini, dengan perubahan dunia yang semakin kompleks. Oleh karenanya
perlu ditambahkan satu kebiasaan baru yakni bagaimana menemukan suara panggilan
jiwa dan kemudian mengilhami orang lain untuk menemukan suara jiwa mereka
sendiri. Dalam bab ini saya menemukan satu kutipan kalimat demikian “Kalau kamu terilhami oleh suatu tujuan yang
mulia, suatu proyek yang luar biasa, pikiranmu akan menerjang pembatasnya.
Pikiranmu akan menembus keterbatasan, kesadaranmu akan meluas ke segala arah,
dan kamu akan menemukan dirimu berada di dunia yang baru, yang luar biasa dan
menganggumkan”
Kesan :
setelah membaca bagian pertama ini, saya terkesan sekali, karena ini berbicara
tentang diri saya. Bagaimana saja berjuang hampir 2 tahun untuk mencari
beasiswa S2 dan Puji Tuhan, tujuan ini diberkati, proses yang sangat sulit dan
menguras energi berbuah manis dan saya berhasil memenangkan 2 beasiswa
sekaligus. Syukur kepada Tuhan.
Bab 2
MASALAHNYA. Dalam Bab ini, penulis
menyampaikan perubahan yang terjadi dalam dunia sebagai sebuah masalah jika
tidak mampu menyesuaikan diri. Pergeseran setiap zaman menuntut setiap orang
meningkatkan produktivitasnya jika ingin bertahan dan terus hidup. Ada gambaran
menarik mengenai wortel dan cambuk, yang dipakai untuk menjelaskan orang yang
mesti dikendalikan dengan hadiah dan pukulan. Hal ini mengantar pada pemahaman
yang sama tentang seorang pemimpin sebagai sebuah posisi yang mengendalikan
bukan sebagai pilihan. Di saat yang sama seseorang yang membiarkan dirinya
dijadikan barang maka dia akan selamanya terkurung dalam lingkaran setan
tersebut. Selanjutnya kekuatan seseorang lahir dari paradigmanya terhadap
persoalan yang dia hadapi. Jika masalah dipandang sebagai sebuah hasil saja,
maka tidak akan pernah ada upaya menjelaskan dan kemudian mengarahkan pada
pemecahan.
Kesan:
setelah membaca bab ini, saya mengerti bahwa tidak semua hal baru tidak bisa
dipelajari. Masalahnya terletak dalam diri saya yang ragu dan tidak mau
mencoba. Kendati tidak menjadi professional, remah-remah itu pasti sedikit
tidak mengenai bibir dan memberi rasa.
Bab 3 PEMECAHAN MASALAH. Dalam bab ini ada pesan
yang menarik dari penulis bahwa seseorang hanya bisa mengalami perubahan dan
membawa perubahan jika dia sudah menemukann suara hatinya. Suara bising di luar
yang mengajak, mengatur dan mendiskriminasi tidak akan punya kekuatan lebih
dibandingkan suara dalam hati seseorang. Jika kamu sudah menemukannya maka
bantu juga orang lain untuk menemukan suara mereka.
Kesan : Bab ini menarik, karena saya sering mengutamakan
suara orang dari suara saya sendiri. Akibatnya saya kelelahan mendengar dan melakukan
apa yang orang lain katakan tentang siapa saya.
Bab 4 MENEMUKAN SUARA ANDA dan BAB 5 MENGEKPRESIKANNYA. Dalam
bab ini secara lebih lengkap dikemukakan bagaimana suara itu ditemukan sebagai
anugerah sejak seseorang dilahirkan. Menariknya setiap kecerdasan punya manfaat
luar biasa yang sering kali diabaikan. Padahal tersembunyi kekuatan yang bisa
menjadi penggerak bagi dunia. Selanjutnya tidak ada sesuatu yang dapat bertahan
dan bermanfaat jika tidak dibiasakan. Oleh karena itu, untuk tubuh, jiwa,
pikiran dan hati haruslah dibiasakan untu mendengar suara diri sendiri. Sebab siapa yang mau mempimpin orang lain
harus bisa menguasai dirinya sendiri. Ingat pemimpin harus punya visi, mampu
memahami realitas, beretika dan berani.
BAB 6 dan 7 BAGAIMANA
MEMBANTU ORANG LAIN MENEMUKAN SUARA MEREKA. Dalam bab ini menarik sebab penulis
memaparkan dengan sangat terperinci bagaimana dapat menjadi panutan bagi orang
lain. Bicara tidak hanya soal intelektual, tetapi lebih pada nurani dan
mengabaikan ego diri supaya tidak berakhir pada menguasai orang lain tetapi
menjadi teladan yang hidup. Menariknya penulis mengajak belajar dari falsafah
Yunani, yakni Ethos (memberi teladan) , pathos (berusaha memahami dulu) dan
logos ( berusaha dipahami kemudian). Untuk bisa membantu orang lain maka tiga
hal ini menjadi kunci. Teladan membuat anda menarik tetapi harus mau belajar
memahami posisi orang lain dan tidak boleh hanya mau dimengerti.
Kesan : setelah membaca keseluruhan buku ini, saya tiba pada
kesimpulan sederhana bahwa, sebuah harta terpendam tidak selalu berupa benda
yang dapat diuangkan. Melainkan setiap manusia dengan suaranya masing-masing. Jika
mau kaya, maka berdayakanlah suara-suara itu, niscaya visi apa pun bisa dinyatakan
dengan beretika dan penuh keberanian.
Selamat membaca versi lengkap buku ini. Pasti anda akan kagum menemukan
dirimu di dalamnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar